Tanggal rilis : 7 Januari 2017
Durasi : 109 menit
Sutradara : Masahide Ichii
Genre : Drama, Romance
Asal Negara : Jepang
Kelompok umur : 13 +
Cast : Yuto Nakajima, Yuko Araki, Karen Miyama, Amane Okayama
Sinopsis & Ulasan :
Dapet rekomendasi untuk nonton film ini dari salah seorang temen, dan awalnya bener-bener gak kebayang ini film tentang apa. Our Meal for Tomorrow, dari judulnya sekilas saya ngira kalo ini tentang perjuangan hidup orang susah, atau perjuangan hidup suami istri muda yang pas-pasan (apa cuman saya aja yang berpikiran aneh, atau ada orang lain juga yang setuju?)
Tapi setelah ditonton, ternyata ini tentang cinta. Ciiiintaaaaa.
Bermula dari latihan untuk lomba balap karung berpasangan (seriusan balap karung pisan?), Ryota Hayama dan Koharu Uemura mulai sering saling bicara. Uemura adalah anak perempuan yang ceria, blak-blakan kalau bicara, dan sikapnya agak tomboy (gak ada manis-manisnya). Sementara Hayama lebih sering diam, jarang bicara, sensitif, dan melankolis. Ketika akhirnya tim mereka memenangkan lomba olahraga, Uemura akhirnya menyatakan perasaan suka pada Hayama. Sejak itu mereka pacaran, dan hubungan mereka berlangsung lama sampai mereka kuliah dan bekerja. Tapi suatu hari, tanpa sebab apapun Uemura meminta putus.
Hmmm. Kaya biasa banget ya ceritanya? Ada dua orang pacaran, lalu apa? Awalnya saya pikir ini berpotensi bakal bikin ngantuk. Setengah dari isi film ini memang menceritakan orang pacaran (yang jomblo mah maap-maap yah!) tapi justru setelah ditonton, salah satu yang saya suka dari film ini adalah bagaimana film ini menggambarkan sebuah hubungan yang mungkin aja bakal related sama banyak orang. Gak ada gandengan tangan kemana-mana, atau saling memanggil pake kata-kata sayang. Dialog mereka berdua bisa dibilang sopan banget (bahkan mereka masing-masing saling memanggil nama keluarga, bukan nama depan), dan percakapannya seringkali dalem, gak cuman menye-menye sepele, tapi kadang lucu juga dan bikin kita jadi senyum-senyum.
Di seperempat terakhir film, tiba-tiba ada kejutan yang bikin kita "what!!" Itu karena emang ceritanya agak-agak gak ketebak, tanda-tandanya gak kebaca (atau sayanya aja yang lengah? halah!) dan yaaaa gak ngira aja plotnya akan seperti itu. Tapi intinya, setelah nonton ini, saya jadi mikir kalo membina sebuah hubungan itu gak selamanya mudah. Bukan cuma senang-senang aja, tapi juga saling support ketika susah, saling berusaha untuk gak jadi beban buat pasangan masing-masing. Sederhana sih, tapi buat saya yang udah ngalamin nikah, kerasa banget kalo berjuang bersama itu berat (asli ieu mah!), karena gak biasa berdua, karena terbiasa bawa badan sendiri, mikirin hidup sendiri, jadi ketika harus berjuang bersama jadinya bingung apa yang harus dilakukan (loh koq jadi curhat!)
Aktingnya Yuto Nakajima sama Yuko Araki rasanya natural banget. Suka deh, gak lebay (kaya aktingnya Yuto di Water Polo Yankees wkwkwk). Makeupnya gak tebel dan cinematography-nya bagus (haduh, tau apa saya soal cinematography? wkwkwk). Cuma kalo menurut saya sih backsound-nya agak kurang, jadi kadang berasa sepiii banget di beberapa adegan dan itu lama. Kalo yang gak sabaran, bisa aja ngantuk nonton film ini (atau minimal kukulutus).
Pada akhirnya, setelah saya nonton film ini, cuma satu kata yang bisa ngerangkum apa yang saya rasain. So Sweeeeeet!! (oke, itu dua kata!) Manis dan sederhana, ringan, gak berlebihan, tapi berhasil menyentuh (saya sebagai) penonton. Kalo harus dikasih rate, boleh laaaaah ini 8/10 !!
Btw, kenapa judulnya Our Meal for Tomorrow? Sampe sekarang pun saya masih gak tau. Mungkin karena dua orang pacaran ini sering banget nge-date di tempat makan, ataaaau mungkin perlu baca novel aslinya biar lebih ngerti? hmmmm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar